Menguak Pelan-Pelan Kepalsuan Jokowi
TERBUKTI, TERNYATA BODONG HABIS..............
PEMILU 9 April 2014 muncul keanehan-kenahen secara kasat mata, bahwa kebanyakan media-media 
mainstream yang terindikasi dibayar untuk pencitraan Jokowi. langsung frustasi dalam menulis 
semua berita dan mewartakan cerita bergambar dalam psikologis tertekan sekaligus terkesan 
'marah'.
Media-media tersebut adalah:
1) First Media Grup (beritasatu1.TV beritasatu .com, suara pembaruan, Jakarta Globe, Suara 
Pembaruan, The Straits Times, Majalah Investor, Globe Asia, The Peak, Campus Asia, Student 
Globe, Kemang Buzz, Campus Life, Termasuk Beritasatu FM. First Media Grup adalah milik James 
Riady (Lippo Grup), konglomerat yang bersahabat baik dgn Bill Clinton dan terlibat Lippo 
Gate yg terjadi di AS, ketika James Riady cs tertangkap memberikan dana politik illegal 
jutaan dollar kepada timses capres Demokrat Bill Clinton untuk pemenangan Clinton pada 
pemilihan Presiden AS. Uang sumbangan James Riady cs itu kemudian terbukti berasal dari 
China Global Resources Ltd, sebuah perusahaan kedok milik China Military Intelligence (CMI).
2) Media lain yang dikontrak mahal untuk pencitraan palsu Jokowi adalah Detik Grup. Awalnya 
dan ngakunya milik Chairul Tanjung alias CT, tapi sebenarnya milik Salim Grup. Detik.com 
Setiap hari, detikcom memuat berita tentang pencitraan palsu Jokowi puluhan bahkan kadang 
lebih 100 berita. Chairul Tanjung hanya dipinjam nama dan bertindak untuk dan atas 
kepentingan Antony Salim (Salim Grup).
3) Kompas /Gramedia Grup memang tidak segila detikcom siarkan Jokowi, tapi tetap punya KANAL 
BERITA KHUSUS untuk mempromosikan Jokowi dan Ahok. Diprediksi menjelang masa pilpres 2014, 
Kompas dan Gramedia Grup akan habis – habisan mendukung Jokowi – Ahok.
4) Jawa Pos Grup. Tidak melibatkan semua media milik Dahlan Iskan yang jumlahnya 185 TV, 
Koran, Online media, dll itu. Sekitar 40% JawaPos Grup dikontrak. Namun, dipastikan jika 
Dahlan Iskan mau sebagai capres, Jawa Pos Grup tidak akan terlalu mendukung Jokowi kecuali 
mendapat permintaan khusus dari Chairul Tandjung, tokoh yang merekomendasikan Dahlan Iskan 
ke Presiden SBY untuk ditunjuk sebagai Menteri BUMN tahun 2011 lalu.
5) Yang paling gencar dalam menjilat Jokowi adalah Koran Rakyat Merdeka. Ada saja berita 
(palsu) istimewa tentang Jokowi. Kontraknya puluhan Milyar. Rakyat Merdeka, tertera milik 
Margiono, Ketua Umum PWI Pusat.
6) Tempo (majalah dan Online) adalah media pelopor yg orbitkan Jokowi dengan penghargaan “10 
Tokoh Terbaik (penghargaan abal-abal), hanya karena bisa pindahkan Pedagang Kaki Lima (PKL), 
itu pun dilakukan setelah hampir setahun bolak balik mengunjungi dan mengundang PKL makan 
bersama. Fakta terakhir, PKL Solo kembali ke lokasi awal sebelum pindah karena di tempat 
baru dagangan mereka tidak laku.
7) Tribunnews Grup (Bosowa dan Kompas) juga dikontrak untuk pencitraan palsu Jokowi. 
Demikian juga Fajar Grup (Alwi Hamu/Dahlan Iskan). Alwi Hamu juga merupakan patner bisnis 
Dahlan Iskan di media dan PLTU Embalut, Kaltim yang sarat korupsi itu.
8) Metro TV, tidak tahu sekarang dibayar berapa untuk kontrak pencitraan palsu Jokowi sampai 
2014. Tapi saat Pilkada DKI puluhan milyar. Sejak dapat bisnis iklan dari Konglomerat – 
konglomerat pendukung Jokowi, Metro TV jadi corong nomor satu Jokowi, disamping jadi corong 
kampanye dan pencitraan Dahlan Iskan yang memberikan kontrak iklan luar biasa besar dari 
BUMN – BUMN kepada Metro TV. Makanya, Surya Paloh, sebagai orang pertama yang didatangi 
utusan PDI-P ke kantor Nasdem di Gondangdia Jakarta, pada 10 April 2014.
9) SCTV grup. Pemiliknya Edi dan Popo Sariatmadja malah menjadi cukong utama. Koordinator 
media pencitraan Jokowi, membantu James Riady. Dukungan promosi dan kampanye yang diberikan 
untuk Jokowi gratis alias tanpa bayaran, meski diduga sebenarnya sudah mendapatkan imbalan 
dari dana pemenangan Jokowi yang telah terkumpul puluhan triliun dari sumbangan para 
konglomerat hitam Indonesia.
10) Media raksasa lain seperti Vivanews grup (TV One, ANTV, Vivanewscom dll) milik Bakrie 
meski kontrak dgn Cukong Jokowi tapi porsinya kurang dari 30%, dan masih melihat 
perkembangan situasi dan kondisi politik nasional mengingat Aburizal Bakrie masih berstatus 
Ketum Golkar dan kandidat capres. Salah satu yang sangat menonjol, ketika pemilik VivaNews, 
Andri Bakrie langsung mencak-mencak marah kepada sidang redsksi VivaNews, ketika di halaman 
depan ada iklan Jokowi. Dan, korbanya jajaran pimpinan redaksi VivaNews mundur semuanya.
DUNIA MAYA
Selain media cetak, televisi mainstream, sosial media seperti twitter, facebook, kaskus dll 
juga dikontrak khusus. Lihat saja di sini. Bahkan di twitter juga mulai ada akun relawan 
yang berusaha menjelaskan dengan kata-kata manis mengenai tingkah-polahnya yang anomali pada 
tiap akun yang berkomentar negatif. Rumornya ia memiliki buzzer sebanyak 1500-2000an yang 
mengelola lebih dari 10.000 akun sosial media . Buzzer adalah semacam pasukan bayaran 
online, yang siap menjaga reputasinya di internet dengan cara menyusup di berbagai forum dan 
kolom komentar untuk mendongkrak citranya. Para buzzer bayaran ini akan berkomentar positif 
tentangnya dan menyerang habis-habisan mereka yang tidak melihatnya sebagai “dewa”. Dulu 
waktu pilkada DKI, selain orang-orang yang permanen kelola akun untuk pencitraan Jokowi, 
dibentuk juga Tim Jasmev. Puluhan Milyar biayanya. Lihat gambar yang sempat diambil saat 
pemilukada DKI lalu ini:
Banyak akun palsu pembela Jokowi di sosial media. Untuk mendeteksi akun pembela Jokowi palsu 
tidak sulit. Salah satunya, banyak hal yang disampaikan sangat tidak masuk akal. Begitulah 
yang disampaikan Praktisi Teknologi Informasi, Chafiz Anwar, ketika dihubungi wartawan, 
Jumat (1/11/2013).
Chafiz mengatakan ciri-ciri akun palsu yang digunakan, segi jumlah komentar melalui media 
sosial yang serentak menyerang ataupun membela Jokowi. Padahal, hal itu tidak mungkin 
dilakukan pemilik akun asli secara bersamaan. “Tidak mungkin komentar ribuan sekaligus 
dilakukan oleh pemilik akun asli,” katanya.
Ciri lainnya yang juga mudah dianalisa, menurut Chafiz, adalah dengan membandingkan jumlah 
pembaca dan jumlah komentarnya. Untuk masalah Jokowi misalnya jika ada yang mengkritiknya di 
sebuah media online dan kemudian langsung ada serangan dari ribuan orang seperti itu pernah 
dialami terakhir oleh Ketua Fraksi Partai Demokrat, Nurhayati Assegaf dan itu bisa 
ditegaskan kepalsuannya.
“Coba saja bayangkan berita yang mengkritik di sebuah media online itu. Baru beberapa saat 
tayang langsung yang komentar ribuan, itu sangat tidak mungkin. Kalau bukan sebuah tim yang 
mengerjakannya yang bisa saja terdiri dari puluhan orang,” tambahnya.
Yang paling mungkin kata dia lagi, yang baca satu orang tapi orang ini memegang ratusan 
akun. Hal ini bisa dilihat jelas dari komentar-komentar pendukung Jokowi.
Ciri lainnya yang juga bisa diliat adalah ketidakjelasan identitas para pemain akun ini. 
Biasanya mereka kata Chafiz, menggunakan nama-nama palsu dan foto-foto palsu atau 
menggunakan gambar kartun. “Yah satu orang kan gak mungkin punya 10 akun dengan nama sama 
dan foto yang sama.Sementara dari mereka satu orang minimal bisa memiliki 100 akun,” kata 
Chafiz.
Mereka jelasnya lagi menggunakan mesin pendeteksi dengan keyword-keyword tertentu. “Misalnya 
kalimat Jokowi belum pantas jadi presiden.Mesin mereka ini berjalan seperti halnya mesin 
pencari google,begitu mesin mendeteksi ada kalimat atau kata tertentu yang dimasukkan,mereka 
akan bergerak cepat dan membalas kalimat-kalimat tersebut,” tegasnya.
 
No comments:
Post a Comment